KONFLIK KOREA
Korea Utara dan Korea Selatan telah berulang kali memanas akibat konflik-konflik yang terjadi selama ini. Kemudian yang di pertengahan tahun 2013 ini terjadi, ada yang menduga bahwa perang dunia ketiga akan segera terjadi karena masing-masing kubu Korea punya pihak “di belakang layar” yang saling memberi dorongan. Ada Amerika Serikat dan sekutu di belakang Korea Selatan dan Cina serta negara anti-AS lainnya di belakang Korea Utara.
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK
Faktor latar belakang yang terjadi dalam konflik ini Awalnya, Korea Utara di bawah pemimpin baru Kim Jong-un memang memulai konflik dengan memprovokasi negara tetangga tersebut. Provokasi yang dilakukan merupakan serangan artileri ke Korea Selatan yang pada akhirnya membuat suasana di kawasan tersebut kembali tegang secara mendadak.
Pada tanggal 26 Maret 2010, yakni kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam. Korea Selatan lantas menaruh curiga pada Korea Utara. Hubungan kedua negara memanas. Kemudian pada tanggal 24 November 2010, sekitar pukul 15.00 waktu Korea, Korea Utara tiba-tiba menembakkan artileri ke arah Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan. Tak lama kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan di pulau itu terkena serangan bombardir.
Ketegangan semakin menjadi dikarenakan mereka meningkatkan ancaman perang mereka, yakni dengan ancaman berupa senjata nuklir. Ancaman nuklir itu ternyata tidak hanya ditujukan kepada Korea Selatan, tetapi juga kepada sekutu negeri Ginseng itu, yaitu Amerika Serikat (AS). Dalam beberapa pekan terakhir Korea Utara berulang kali mengeluarkan peringatan dengan mengumumkan negara itu masuk kondisi perang dengan Seoul dan memblokir akses ke kawasan industri Kaesong yang dikelola bersama dengan Korea Selatan. Korea Utara bahkan telah mempersiapkan uji coba nuklir keempat, setelah uji coba nuklir 12 Februari lalu menyebabkan PBB memberikan sanksi lebih keras dan memicu tanggapan bermusuhan dari Pyongyang.
Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war), dan merupakan warisan Perang Dingin antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB. Sedangkan pada sekutu Korea Utara, adalah seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara.
Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah mengalami perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang terbatas. Meskipun kedua negara memiliki dukungan negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja tak pernah terjadi perang berskala dan intensitas besar maupun masif. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara ini adalah perang yang tak melibatkan kekuatan utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.
UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK
Perhatian masyarakat internasional sedang mengarah pada ketegangan di Semenanjung Korea. Upaya dalam penyelesaian konflik Korea menjadi perbincangan dunia. Salah satu negara yang bersedia untuk memfasilitasi penyelesaian konflik antara Korea Selatan dengan Korea Utara adalah negara Swiss.
Pemerintah Swiss menawarkan proses mediasi dengan Korea Utara menyusul peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea setelah penjatuhan sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas percobaan senjata nuklir pada Februari lalu. Kementerian Luar Negeri Swiss baru-baru ini melakukan kontak dengan otoritas Korea Utara, kata seorang juru bicara, namun menambahkan saat ini belum ada upaya pembicaraan lanjutan.
Sedangkan di pihak lain, AS cenderung tidak akan menyerahkan perdamaian Korea Utara dan Korea Selatan kepada Cina. AS tetap aktif berusaha terlibat dalam upaya-upaya Cina mendamaikan konflik Korea Utara dan Korea Selatan. AS mendorong presiden baru Cina Xi Jinping untuk memberikan tekanan kepada Korea Utara. AS juga mengancam akan meningkatkan kehadiran militernya di sekitar kawasan Asia. Pihak AS memberikan penjelasan kepada Cina mengenai rencana AS meningkatkan pertahanan misilnya. Selama ini, China memang tidak memprotes tindakan AS yang mengirimkan kapal perang ataupun pesawat ke wilayah Semenanjung Korea.
Beberapa faktor status quo itu menegaskan peran AS dan Cina secara bersama. Walaupun ada inisiatif negara, seperti Swiss, untuk mendamaikan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, posisi AS dan Cina tetap paling strategis untuk menjalankan peran pendamai. Persoalannya adalah mencari cara yang paling lunak untuk membangun kepercayaan antara AS dan Korea Utara melalui Cina. Situasi semakin tidak menentu ketika Cina bersikap diam terhadap perilaku agresif Korea Utara.
Akhirnya, provokasi Korea Utara harus disikapi dengan sangat hati-hati oleh Korea Selatan, AS, dan juga Cina. Dengan sikap berhati-hati itu tetap mempertimbangkan berbagai faktor di tingkat domestik (Korea Utara dan Korea Selatan), regional, dan global. Jangan sampai sebuah letusan kecil memberi peluang bagi pecahnya perang. Sebuah perang yang berpotensi meluas ke negara-negara lain.
krjogja.com/liputan-khusus/analisis/1835/mendamaikan-konflik-korea.kr (diakses tanggal 1 Juni 2013)
antarajatim.com/lihat/berita/107799/swiss-tawarkan-mediasi-dengan-korea-utara (diakses tanggal 1 Juni 2013)
RUJUKAN
antarajatim.com/lihat/berita/107799/swiss-tawarkan-mediasi-dengan-korea-utara (diakses tanggal 1 Juni 2013)
0 komentar :
Post a Comment