Artikel: Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia ~ a Riswan Hanafyah's Blog project

Saturday, March 21, 2015

Artikel: Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Awal Mula Masuknya Islam di Indonesia

Agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8 Masehi). Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu :
  • Jalur Utara, dengan rute Arab (Makkah dan Madinah) Damaskus à Baghdad à Gujarat (Pantai Barat India) à Srilanka à Indonesia. 
  • Jalur Selatan, dengan rute Arab (Makkah dan Madinah) à Yaman à Gujarat à Srilanka à Indonesia.
Cara Penyebaran Islam di Indonesia
  • Perdagangan
  • Kultural
  • Pendidikan
  • Kekuasaan Politik
Perkembangan Islam di Indonesia

Sumatera

Wilayah nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatera dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudera Pasai. 
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh. 
Samudera Pasai semakin berkembang dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan. Pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan mubalignya menyebar ke seluruh nusantara, ke pedalaman Sumatera, pesisir barat dan utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulauan di Kepulauan Maluku. Itulah sebabnya di kemudian hari Samudera Pasai terkenal dengan sebutan Serambi Makkah. 
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. 
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. 
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh Nusantara.

Jawa

Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang wafat tahun 1101 M dapat dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak abad ke-13 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya,  bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi
Adanya proses penyebaran Islam di kerajaan terbukti dengan ditemukannya nisan makam muslim di Trowulan yang letaknya berdekatan dengan kompleks makam para bangsawan Majapahit
Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya dengan perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Islam yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di kerajaan Samudera Pasai dan Malaka. Untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa di lakukan oleh para ulama dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Songo (sembilan wali).

Kalimantan

Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua pintu.  Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam. Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubalig yang dikirim dari Tanah Jawa.
Di Kalimantan Selatan terutama sejak abad ke-14 sampai awal abad ke-16 yakni sebelum terbentuknya Kerajaan Banjar yang berorientasikan Islam, telah terjadi proses pembentukan negara dalam dua fase. Fase pertama yang disebut Negara Suku yang diwakili oleh Negara Nan Serunai milik orang Maanyan. Fase kedua adalah negara awal yang diwakili oleh Negara Dipa dan Negara Daha.
Negara Daha akhirnya lenyap seiring dengan terjadinya pergolakan istana, zaman baru beralih ke periode negara kerajaan dengan lahirnya Kerajaan Banjar pada tahun 1526 yang menjadikan Islam sebagai dasar dan agama resmi kerajaan.

Sulawesi

Kabupaten Palopo yang juga dikenal dengan sebutan Luwu' di Sulawesi Selatan, memiliki jejak sejarah sebagai pusat penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Diperkirakan agama Islam berkembang di Kedatuan Luwu', sekitar abad ke-17. Setidaknya ada tiga situs utama yang menggambarkan Islam pernah berkembang pesat di daerah ini.
Bangunan Masjid Jami'toa diperkirakan berdiri tahun 1604. Sekilas, bangunan religius ini tampak sederhana, namun sesungguhnya sarat dengan simbol-simbol penting yang menggambarkan eksistensi Kedatuan Islam Luwu' pada masanya.
Selain itu pula terdapat makam berbentuk kubah, tempat peristirahatan terakhir raja-raja Luwu', bangsawan, atau orang-orang yang dituakan di Luwu', yaitu orang yang bergelar Opu Daeng Bau. Orang pertama yang dikubur di dalam makam tua ini adalah Datu' Labaso' Langit, Raja Luwu' ke-17, dan dinamai juga Martin Roi Goa.
Kedatuan Islam Luwu' bisa dibilang saling terkait dengan 2 kerajaan besar lainnya di Sulawesi, yakni Gowa dan Bone. Hubungan yang terkait secara emosional ini pula yang memungkinkan Islam masuk ke wilayah Sulawesi.

Maluku

Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di Kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja Ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Allah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di Kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat Kepulauan Papua dan sebagian Kepulauan Seram. Ada juga Kerajaan Bacandan dan Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.

Papua

Beberapa kerajaan di Kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di pulau Papua menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Banyak kepala-kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan. Pada periode ini pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Pulau Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar.

Peranan Wali Songo

Wali Songo mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Bahkan mereka adalah perintis utama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia, sekaligus pelopor penyiaran Islam di nusantara.
‘Wali’ adalah singkatan dari bahasa Arab, Waliyullah yang berarti ‘orang yang mencintai dan dicintai Allah’ dan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sembilan’, sehingga Wali Songo merujuk pada wali sembilan yaitu Sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka diberi gelar seperti itu karena mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam dan yang terpenting adalah karena kesungguhan mereka dalam mengajarkan dan menyebarkan Islam.
Wali Songo atau Wali Sanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Buddha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
Dari nama para Wali Songo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Wali Songo yang paling terkenal, yaitu:
  1. Sunan Gresik
  2. Sunan Ampel
  3. Sunan Giri
  4. Sunan Bonang
  5. Sunan Kalijaga
  6. Sunan Drajat
  7. Sunan Gunung Jati 
  8. Sunan Kudus
  9. Sunan Muria
Hikmah yang Dapat Diambil dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Manfaat yang dapat ambil dari sejarah perkembangan islam di Indonesia:
  1. Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia yang telah berdakwah menyiarkan ajaran Islam di bumi nusantara memberikan nuansa baru bagi perkembangan suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkembang dan tatanan kehidupan menjadi baik pula.
  2. Hasil karya para ulama berupa karangan buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
  3. Meneladani kesuksesan mereka dalam berkarya dan membuat masyarakat Islam gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
  4. Memperkaya dalam bentuk (arsitektur) bangunan, seperti masjid sebagai tempat ibadah.
  5. Mengajarkan tentang Islam harus dengan keramahan dan bijaksana serta membiasakan masyarakat Islam bersikap konsisten.
  6. Memanfaatkan peninggalan sejarah, baik berupa, makam, masjid, dan peninggalan lainnya untuk dijadikan tempat ziarah (pembelajaran) demi mengingat perjuangan mereka.
  7. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktekkan tingkah laku yang penuh keteladanan sebagai ulama pendahulu di nusantara ini dalam mempertahankan harga diri serta tanah air dari penjajahan.
  8. Mengajarkan sikap tetap bersatu, rukun, dan bersama-sama mempertahankan negara Indonesia dari ancaman luar maupun dalam negeri.
  9. Menyadari bahwa perjalanan sejarah perlu dijadikan sebagai pemikiran dan peneladanan orang-orang yang beriman terutama keteladanan dan perjuangan para ulama untuk dipraktekkan oleh generasi mendatang dalam menentukan masa depan umat dan masyarakat.


0 komentar :

Post a Comment